"Media massa dibuat untuk menggiring opini publik."
Memang benar, saat ini opini pembaca digiring untuk mengikuti opini pembuat beritanya. Atau bisa dibilang 'Provokasi Opini'.
Padahal, sebuah berita yang aktual itu seharusnya netral, tidak
memihak, dan tidak memunculkan satu opini yg dominan. Bisa kita lihat
ada satu media massa yg pro pemerintah maka semua beritanya membagus2
kan pemerintah, tapi menutupi kekurangannya. Begitu pula yang kontra,
hanya akan menyampaikan sisi negatif tanpa memberitahu sisi positifnya.
Contoh nyatanya saja MetroTV dan TV One. Saya kadang muak melihat
berita yg KETERLALUAN membagus2 kan pemilik siaran TV tersebut. Baik itu
Surya Paloh, maupun Abu Rizal Bakrie.
Sangat menjijikkan rasanya saat kita, masyarakat yg haus informasi,
harus mendengar kampanye politik terselubung setiap detik di tiap
berita. Sangat menjijikkan. Berita tentang Golkar pun dibagus2kan,
kehilangan berita ttg kasus korupsi yang ada.
Media cetak pun demikian. Entah itu koran ataupun berita internet
(detik.com kompas.com dkk), dibuat untuk menggiring opini publik. Kata2
yang digunakan pun sengaja dipilih yang berefek mempengaruhi.
Kalau sudah begini, berita mana yang musti kita percayai? Tidak ada
yang mengungkap kebenaran yg sebenarnya. Semua hanya satu pihak.
Daripada membaca berita 'palsu' dari koran atau web tertentu, saya
lebih tertarik mengikuti forum politik. Setidaknya banyak opini yang
tertera disana, dan saya tinggal menganalisis untuk membentuk opini
saya. Disana kita bebas berargumen, juga bebas memperoleh informasi baru
dari orang-orang yang lebih tahu.
Saya bukan orang yang ahli dibidang politik, juga bukan mahasiswa yang kuliah di FISIP.
Tulisan saya ini hanyalah cuap-cuap mahasiswa mengenai kondisi media massa Indonesia.
Saya cuma miris, dan ingin teman-teman sadar mengenai kemirisan ini.
Sempat ingin marah dan kesal,
hampir gila
lalu saya tersadar..
oh iya, ini Indonesia..
Memang seperti inilah Indonesia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar